1. Manajemen Information System (MIS)  
 -sistem aplikasi yang menyediakan informasi baik berupa rincian detil maupun  rangkuman dari basis data operasional yang dihasilkan oleh sistem pemrosesan    transaksi dan aktivitas di berbagai area fungsi bisnis.
-MIS: alat untuk menangkap data internal per area fungsional untuk menghasilkan laporan periodik. Misal laporan penjualan bulanan, produksi harian, dsb.
-MIS biasanya bersifat historical, artinya informasi yang disajikan menggambarkan keadaan yg sudah terjadi. Tetapi saat ini MIS meliputi peramalan.

2. Decision Support System (DSS)   

-Sistem aplikasi yang bersifat fleksibel, interaktif, dan adaptif yang dibangun khusus untuk mendukung proses pengambilan keputusan atas masalah manajemen.
-DSS menggunakan data dari berbagai sistem lain pd perusahaan,menggunakan model analisis melalui proses interaktif dg pengguna.
Tujuan DSS: menyediakan dukungan berbasis komputer untuk proses pengambilan keputusan yang bersifat rumit dan tidak rutin.

3. Executive Information System (EIS)   

-Bentuk lain dari DSS yang ditujukan untuk kelompok manajemen atas di suatu perusahaan.
-EIS dirancang untuk mendukung pengambilan keputusan tingkat enterprise yang bisa mempengaruhi keputusan strategis.
-Masukan dari EIS: data internal (informasi dari sistem pendukung keputusan di tingkat lebih bawah) dan data eksternal (data kompetitor, kebijakan pemerintah, berita bisnis).

4. Data Warehousing   

-Konsep data warehouse: penyimpanan data-data transaksi yang sudah lewat untuk kepentingan analisis bisnis.
-Agar efektif pengaksesannya data ini dipisahkan dari data transaksi yang sedang berlangsung.Proses membangun data warehouse: menyeleksi dan mengumpulkan data-data yang disimpan.
- Karakteristik data warehouse:¡organization: data diorganisasi berdasarkan subyek tertentu, misal berdasarkan konsumen, harga, produk, dsb ¡consistency: standar pengkodean antara basis data operasional dg data warehouse harus konsisten ¡time variant: data disimpan untuk jangka waktu 5-10 tahun ¡nonvolatile: sekali data dimasukkan ke data warehouse, data tidak dapat diperbaharui oleh sistem asalnya ¡relational: data disimpan dalam bentuk relasional ¡Client/server: diterapkan dalam lingkungan client/server agar mudah digunakan bersama.ž
Data mart: data warehouse dalam skala jauh lebih kecil, misal mencakup satu departemen tertentu. 

5. Data Mining  

 -Adalah proses untuk mengidentifikasi informasi dari database yang bersifat valid, terkini, berpotensi untuk dimanfaatkan dan mewakili keadaan sebenarnya.
-Informasi ini digunakan untuk membuat keputusan yang kritis 
-Data mining modern memiliki kemampuan belajar sendiri (self learning) dari data-data sebelumnya, merumuskan dan menguji hipotesis atas kondisi tertentu.
-Kemampuan sistem data mining:¡Prediksi tren dan perilaku secara otomatis. Data mining mampu mencari informasi yang bersifat prediktif. Contoh: data pemasaran, tren penjualan, kondisi keuangan ¡Kemampuan mengeksplorasi pola yang tidak diketahui , secara otomatis. Misal: data mengenai jenis produk mana yang paling laku, tren penjualan produk.

6. Online Analytical Processing (OLAP)  

 -Aktivitas penggunaan sistem seperti melakukan pemodelan pada DSS menggunakan spreadsheet dan grafis.-OLAP merupakan transaksi dengan jumlah data yang besar.
DSS (Decision Support System)
1. Pengertian Sistem DSS
Keputusan merupakan tindakan atau rangkaian tindakan yang harus diikuti untuk memecahkan suatu masalah. Dalam bukunya terbitan Tahun 1977, Simon menguraikan istilah keputusan menjadi Keputusan terprogram dan Keputusan tak terprogram.
Keputusan terprogram yaitu bersifat berulang-ulang dan rutin. pada suatu tingkat tertentu dan prosedur telah ditetapkan untuk menanganinya sehingga ia dianggap suatu denovo (yang baru) setiap kali terjadi.
Keputusan tak terprogram yaitu bersifat baru, tidak terstruktur, dan biasanya tidak urut. Ia juga menjelaskan bahwa dua jenis keputusan tersebut hanyalah kesatuan ujung yang terangkai secara hitam putih, sifatnya begitu kelabu atau tak jelas, namun demikian konsep keputusan terprogram dan tak terprogram sangatlah penting, karna masingmasing memerlukan teknik yang berbeda.

DSS merupakan suatu sistem berbasis komputer interaktif yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah unstructured (Scott Morton, 1971).
DSS menggabungkan sumber daya intelektual manusia dengan kemampuan komputer, untuk meningkatkan kualitas keputusan. Ia merupakan sistem pendukung berbasis komputer bagi pengambil keputusan manajemen untuk menyelesaikan masalah semi-structured (Keen and Scott Morton, 1978).

2.        Sejarah Perkembangan Sistem DSS
Pengembangan DSS berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya pengguna komputer secara time-sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan computer tanpa harus melalui spesialis informasi. Timesharing membuka peluang baru dalam penggunaan komputer. Tidak sampai tahun 1971, ditemukan istilah DSS, G Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton yang keduanya frofesor MIT, bersama-sama menulis artikel dalam jurnal yang berjudul “A Framework for Management Information System” mereka merasakan perlunya ada kerangka untuk menyalurkan aplikasi computer terhadap pembuatan keputusan manajemen. Gorry dan Scott Morton mendasarkan kerangka kerjanya pada jenis keputusan menurut Simon dan tingkat manajemen dari Robert N. Anthony. Anthony menggunakan istilah Strategic palnning, managemen control dan operational control (perencanaan strategis, kontrol manajemen, dan kontrol manajemen).

3.    Karakteristik atau Cara Kerja Sistem DSS
Karakteristik yang diharapkan ada di DSS adalah sebagai berikut:
(1) DSS membantu para pengambil keputusan dalam proses pengambilan keputusan.
(2) DSS dirancang khusus untuk mengatasi problema semi-terstruktur atau tidak-terstruktur.
(3) DSS mendukung pengambil keputusan di segala jenjang, namun jelas akan sangat efektif bagi mereka yang berada di jenjang taktis dan strategis.
(4) DSS merupakan sistem interaktif dan bersahabat dengan pengguna sehingga dapat dipergunakan oleh segenap jenjang manajemen dengan sedikit atau tanpa bantuan sama sekali dari profesional komputer.
(5) DSS memungkinkan model-model matematis umum, kemampuan simulasi, dan alat bantu analisa tersedia untuk digunakan oleh para pengambil keputusan.
(6)  DSS harus dapat secara mudah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan informasi pada setiap lingkungan atau keadaan pengambilan keputusan.
(7)  DSS dapat berinteraksi dengan basis data korporat.

Cara kerja DSS adalah ketika pengguna mendapatkan masalah bisnis, masalah tersebut dievaluasi. Sistem DSS kemudian dikonstruksi. Pengguna DSS mendapatkan data dari gudang data, basis data, dan smber data lainnya. Pengetahuan dapat juga dikumpulkan dari basis pengetahuan perusahaan. Semakin banyak masalah yang diselesaikan, semakin banyak pengetahuan yang terkumpul dalam basis pengetahuan organisasi.
Gambar 1 : cara kerja DSS
Gambar 2 : DSS yang berorientasi proses

Alasan mengapa DSS dibutuhkan antara lain adalah :
ü Ekonomi tidak stabil
ü Kesulitan untuk mendeteksi sasaran bisnis yang beragam
ü Meningkatnya kompetisi
ü Electronic commerce
ü Sistem yang ada tidak mendukung pengambilan keputusan
ü Departemen IS terlalu sibuk
ü Kebutuhan akan analisis khusus
ü Kebutuhan informasi yang akurat
ü Kebutuhan informasi yang baru dan tepat waktu
ü Penghematan biaya

ü End-user computing
4. Fungsi atau Peran Sistem DSS terhadap Bisnis
Dalam bidang bisnis, DSS sangat berperan dalam pengambilan keputusan oleh manajer, diantaranya dalam hal :
a.       Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur.
b.      Memberikan dukungan bagi pertimbangan manajerdan bukan dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
c.       Meningkatkan efiktifitas keputusan yang diambil manajer.

Keputusan strategis adalah keputusan yang dibuat oleh Manajemen Puncak (Top Management). Keputusan ini bercirikan pada masalah ketidakpastian terutama yang berorientasi pada masa datang. Informasi yang dibutuhkan pada keputusan strategis ini adalah informasi strategis. Hasil keputusan yang diambil biasanya berpengaruh pada keseluruhan organisasi. Contoh dari keputusan ini misalnya, keputusan mengenai perluasan usaha, penentuan jalur produk dan diversifikasi produk.

5.    Contoh Aplikasi Sistem DSS
Aplikasi DSS yang dibuat dengan menggunakan Visual Basic antara lain :
·       Basis data akademik yang dikelola dalam kelompok aplikasi Sistem Informasi Akademik (SIAKAD), termasuk di antaranya basis data penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (aplikasi SIPEN dan aplikasi SIPEMAS)
·       Basis data sumber daya manusia / ketenagaan yang dikelola dalam kelompok aplikasi Sistem Informasi Ketenagaan (SINAGA), termasuk di antaranya basis data presensi/absensi pegawai (aplikasi Absensi sidik jari)
·       Basis data aset / sarana-prasarana yang dikelola dalam kelompok aplikasi Sistem Informasi SARANA-PRASARANA (SINAPRA)
·       Basis data keungan yang dikelola dalam kelompok aplikasi Sistem Informasi Keuangan (SIAKEU)
·       Basis data kemitraan / kerjasama yang dikelola dalam aplikasi Sistem Informasi Kerjasama (SIKERSA)
Kesimpulan
 Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada pembahasan makalah tentang Decisions Support System (DSS) dan mengambil keputusan adalah sebagai berikut :
1.    Pemecahan masalah bukan berarti memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat   buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungannya.
2.    Mengambil keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang manajer yakini akan   memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut.
3.    DSS meningkatkan kualitas keputusan dengan menggabungkan sumber daya intelektual manusia   dengan kemampuan computer.
Material Requirement Planning (MRP) dan Manufacturing Resource Planning (MRP II)

MRP merupakan Teknik Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning) yang digunakan untuk perencanaan dan pengendalian item barang (komponen) yang tergantung (dependent) pada item-item yang ada di tingkat (level) lebih tinggi.

MRP II adalah suatu sistem informasi yang menyediakan data di antara berbagai aktivitas produksi dan area fungsional. Sistem MRP II mengkoordinasikan pemasaran, manufakturing, pembelian, dan rekayasa melalui pengadopsian rencana produksi serta melalui penggunaan satu database terintegrasi untuk merencanakan dan memperbaharui aktivitas dalam sistem indusri modern secara keseluruhan.


Pendekatan Sistem Terintegrasi antara MRP, MRP II, dan JIT

MRP II adalah sistem yang didesain khusus untuk mengelola semua sumber daya dari industri manufaktur. MRP II merupakan proses yang mengintegrasikan fungsi manufakturing dengan keuangan dan pemasaran yang memberikan alat-alat untuk pembuatan keputusan bersama di antara ketiga departemen fungsional itu.

Pada sisi lain sistem Just-In-Time (JIT) merupakan konsep filosofi perbaikan terus menerus dengan cara memproduksi output yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi, dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien.

Melalui pengkombinasian keunggulan-keunggulan dari sistem MRP II dan JIT, perusahaan dapat menerapkan suatu sistem JIT yang akan merencakan, meramalkan, dan mengendalikan kebutuhan material dalam perusahaan industri manufaktur itu.

Dengan demikian sistem terintegrasi MRP II dan JIT menunjukkan bahwa sistem MRP II merupakan perencanaan dari atas ke bawah (top-down planning). Output dari sistem MRP II dapat digunakan untuk meramalkan kebutuhan material bulanan pada basis proses demi proses. Informasi ini dapat diberikan kepada pekerja yang bertanggung jawab pada masing-masing pusat kerja (work center). Bagaimanapun juga, pekerja yang berada dalam pusat-pusat kerja harus menggunakan informasi ini hanya sebagai ramalan produksi (production forecast), sedangkan komitmen output aktual harus berdasarkan pada permintaan aktual dari kanban tarik (withdrawal kanbans).


Teory of Constrain (TOC)

Konsep TOC dikenal istilah “drum-buffer-rope”, yang merupakan teknik umum yang digunakan untuk mengelola sumber-sumber daya guna memaksimumkan performansi dari sistem. Drum adalah tingkat produksi yang ditetapkan oleh kendala sistem, buffer menetapkan proteksi terhadap ketidakpastian sehingga sistem dapat memaksimumkan performansi, dan rope adalah suatu proses komunikasi dari kendala kepada operasi awal (gating operation) untuk memeriksa atau membatasi material yang diberikan ke dalam sistem.

1. JUST IN TIME
  • Sejarah :Teori konsep just in time ditemukan oleh seorang berkebangsaan jepang bernama Taiichi Ohno dari perusahaan kendaraan motor Toyota. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur dijepang .
  • Filosofi : JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki impilkasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuatitas yang diminta. Konsep just in time adalah suatu   konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
  • Tujuan : Tujuan utama dari sistem produksi JIT adalah meningkatkan laba dan Return On Invesment (ROI). Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang : Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan; Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai; Waktu perpindahan; Tenaga kerja langsung dan tidak langsung; Ruangan pabrik; Biaya mutu; Pembelian bahan.
  • Karakteristik manufaktur yang cocok: Manufaktur yang berbentuk sel-sel, sistem tarik, tenaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.
  • Alat/tool yang dipakai
    • Tool yang digunakan pada sistem JIT diantaranya yaitu Kanban. Kanban dalam bahasa Jepang berarti “visual record or signal”. Sistem produksi JIT menggunakan aliran informasi berupa Kanban yang berbentuk kartu atau peralatan lainnya seperti bendera, lampu, dan lainlain. Sistem Kanban adalah suatu sistem informasi yang secara harmonis mengendalikan “produksi produk yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu yang diperlukan” dalam tiap proses manufakturing dan juga diantara perusahaan.
    • 5S adalah singkatan kata yang berasal dari bahasa Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Dalam bahasa Indonesia diterjemahan sebagai Pemilahan Penataan, Pembersihan, Pemantapan, dan Pembiasaan.  5S merupakan Management Good House Keeping artinya mengelola tempat kerja untuk menghilangkan pemborosan dengan mengutamakan perilaku positif dari setiap individu di tempat kerja.
    • Kaizen = continous improvement yaitu perbaikan terus menerus. Konsep Kaizen merupakan payung bagi semua manajement practices yang berkembang seperti TQC, ZD, JIT dll.
2.      Theory Of Constraints
  • Sejarah: Optimized Production Technology (OPT) diperkenalkan secara luas oleh  E. Goldratt melalui bukunya The Goal: A Process of Ongoing Improvement  yang ditulis  pada tahun 1986. Konsep OPT menekankan  pada optimasi  pemanfaatan stasiun konstrain, sehingga metoda ini juga dikenal dengan nama  Theory of Constraints (TOC).
  • Filosofi: Filosofi TOC pada dasarnya menekankan identifikasi dan manajemen  constraint (kendala) yang dimiliki perusahaan. Dasar pemikiran TOC adalah  perusahaan memiliki constraint dan harus dimanajemen sesuai constraint  tersebut. Suatu constraint dapat diidentifikasikan sebagai segala sesuatu yang menghalangi suatu sistem untuk mencapai performansi yang lebih tinggi relatif terhadap tujuannya.
  • Tujuan: TOC memfokuskan pada tiga ukuran kinerja organisasi : throughput, persediaan dan beban operasi à tujuan manajemen dinyatakan dengan meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan, dan menurunkan biaya operasi
  • Karakteristik manufaktur yang cocok: TOC sendiri merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menganalisis constraint yang ada dalam suatu perusahaan sehingga hampir semua perusahaan cocok menerapkan sistem ini. Namun, ada satu karakteristik manufaktur yang tidak cocok dengan sistem ini yaitu karakteristik “make to order”.
  • Alat/tool yang dipakai: Di banyak perusahaan ada sedikit kendala sumber daya yang mengikat. Kendala pengikat utama disebut drummer, dimana tingkat produksi kendala drummer meruapakan tingkat produksi keseluruhan pabrik. Dalam penjadualan ke hulu, TOC menggunakan 2 fitur tambahan yaitu : Tali / Rope à Tindakan yang diambil untuk mengikat tingkat dimana bahan baku dikirim ke pabrik (awal proses) pada tingkat produksi sumber daya yang memiliki kendala.Patokan dari proses yang memiliki kendala à dilanjutkan ke hulu untuk mensinkronkan kebutuhan bahan baku yang digunakan sesuai dengan produksi bauran produk optimal à mengeliminasi bahan baku yang tidak dibutuhkan.Penyangga waktu / Buffer à dibuat agar menjamin sumber daya yang punya kendala tetap sibuk, sehingga dalam penjadualan, operasi sebelum kendala drummer harus memproduksi komponen yang dibutuhkan oleh sumber daya drummer dua hari lebih awal dari rencana penggunaan (jika penyangga waktu 2 hari
3.        MRP II (Manufacturing Resources Planning)
  • Sejarah : Ollie Wight memperkenalkan satu nama, Manufacturing Resources Planning (MRP II) melalui buku The Executive Guide to Successful MRP II (1982). MenurutWight, generasi baru dari MRP akan memberikan informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang dinamakan sebagai Manufacturing Equation berupa:
  • What are we going to make ?
  • What does it takes to make it ?
  • What do we have ?
  • What do we have to get ?
MRP II sendiri adalah hasil evalusi dari material requirement planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Dari MRP – Material Requirement Planning menjadi MRP II – Manufacturing Resource Planning. MRP II memungkinkan terjadinya kemajuan yang sangat besar dalam manajemen proses-proses manufakturing.
  • Filosofi: MRP II (Manufacturing Resources Planning) merupakan sistem informasi terintegrasi yang menyediakan data di antara berbagai aktivitas produksi dan area fungsional lainnya dari bisnis secara keseluruhan. Sistem MRP II merupakan sistem yang mengintegrasikan semua aspek perusahaan manufaktur, dari bussines planning pada level eksekutif sampai perencanaan dan pengendalian yang sangat detail pada level managerial seperti eksekusi lantai pabrik dan purchasing.
  • Tujuan: MRP II mengkonversikan kebutuhan sumberdaya (fasilitas, peralatan, personel, dan material) ke dalam ukuran kebutuhan finansial, dan dalam menentukan merit dari rencana ke dalam ukuran seperti laba, Return On Investment (ROI), dan Return On Assets (ROA).
  • Karakteristik manufaktur yang cocok: Job shop dan flowshop (make to order dan small batch flow process)
  • Alat/tool yang dipakai: Meliputi :
  • Bussines forcasting
  • Product & sales Planning
  • Production Planning
  • Rencana Kebutuhan Sumber ( Resources Requirment Planning )
  • Financial Planning
  • Distribution Requirment Planning ( DRP )
  • Demand Management
  • Master Production Schedule ( MPS )
  • Rough Cut Capacity Planning ( RCCP )
  • Material Requirment Planning ( MRP )
4.      Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi (SP3) Berbasis proyek
  • Sejarah: Sebagai salah satu disiplin ilmu, manajemen proyek merupakan disiplin ilmu yang telah dikembangkan dari beberapa bidang aplikasi seperti konstruksi sipil, teknik dan aktivitas pertahanan berat. Dua tokoh yang dikenal sebagai nenek moyang dalam perkembangan ilmu manajemen proyek adalah Henry Gantt, yang memperkenalkan penggunaan Gantt Chart dalam melakukan perencanaan dan pengontrolan aktifitas proyek, serta Henry Fayol dengan teori “5 fungsi manajemen” yang merupakan pengetahuan dasar terkait manajemen proyek ataupun manajemen program. Karya kedua tokoh tersebut disebut-sebut sebagai cikal bakal tools yang digunakan dalam manajemen proyek modern
  • Filosofi: Perencanaan dan pengendalian produksi pada proyek yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan proyek, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik.
  • Tujuan
  1. Menunjukkan hubungan tiap-tiap kegiatan terhadap keseluruhan proyek.
  2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
  3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.
  4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan cara mencermati hal-hal kritis pada proyek.
  • Karakteristik manufaktur yang cocokEngineer to Order
Karakteristik proyek:
  • Memiliki tujuan spesifik dan batas waktu
  • unik atau agak asing bagi pekerja
  • berisi tugas-tugas yang saling terkait kompleks yang memerlukan keahlian khusus
  • Bersifat sementara tapi penting untuk perusahaan
  • Alat/tool yang dipakai
Gantt Chart, adalah grafik batang horizontal dikembangkan sebagai alat kontrol produksi pada tahun 1917 oleh Henry L. Gantt, seorang insinyur Amerika dan ilmuwan sosial.  bagan Gantt memberikan ilustrasi grafis jadwal yang membantu untuk merencanakan, mengkoordinasikan, dan melacak tugas-tugas tertentu dalam suatu proyek.
PERT (Project Evaluation and Review Technique), suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek
CPM (Critical Path Method). Metode jalur kritis (CPM) adalah teknik langkah demi-langkah untuk proses perencanaan yang menentukan tugas-tugas penting dan tidak penting dengan tujuan untuk mencegah masalah waktu-frame dan kemacetan proses


Enterprise Resource Planning (ERP)
1.      Definisi ERP :
-          ERP (Enterprise Resource Planning) System adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) dimana MRP II sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya mengangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akunting perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia.
ERP sering disebut sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office System yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce, Costumer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.

-          Sistem ERP (Enterprise Resource Planning): Sekumpulan paket sistem informasi yang dibangun dan diimplementasikan   sebagai fasilitator terwujudnya konsep ERP di suatu organisasi.

2.       Perkembangan ERP (Enterprise Resource Planning)
      Pada tahun 1990 Gartner Group pertamakali menggunakan kata ERP untuk system aplikasi manajemen otomasi manufaktur (Material Resource Planning/MRP). Baru di pertengahan tahun 90-an ERP mencakup kesuluruhan fungsi-fungsi utama (core systems) perusahaan. Selain Perusahaan, kalangan pemerintahan dan organisasi nir-laba pun mulai menerapkan ERP.
     Pada awalnya system ERP hanya focus pada fungsi back-office perusahaan dan tidak menyinggung urusan front-office yang langsung bersinggungan dengan customer dan halayak umum. Sejalan dengan perkembangan internet di awal-awal abad 21 yang memfasilitasi kemudahan komunikasi antar pihak (perorangan/perusahaan), ERP kemudian menjadi lebih fleksibel sehingga memudahkan perusahaan untuk berkolaborasi dengan client mereka (customer, supplier, dan outside stakeholder).
-          Evolusi ERP:
*Tahap I. Material Requirement Planning (MRP).
- MRP atau perencanaan kebutuhan material merupakan cikal bakal ERP
- Konsep ini dimunculkan dari proses pengolahan bill of material atau daftar       kebutuhan material yang harus disediakan untuk membuat produk tertentu.
- Pada saat itu para perintis MRP memikirkan metode untuk mengelola order material  dan komponen.
*Tahap II. Close-loop MRP
- MRP dikembangkan dari hanya mengelola order dg baik menjadi teknik untuk memberi sinyal kapan harus melakukan order ulang (reordering).
- Penerapan ini dapat membantu menjaga tanggal limit order setelah order diserahkan ke produksi atau pemasok.
- MRP dapat digunakan untuk mendeteksi kapan due date sebuah order (kapan jadwal barang hrs tiba)
* Tahap III Manufacturing Resource Planning (MRP II)
       Isi MRP II sama dengan MRP ditambah dengan:
- Perencanaan penjualan dan operasi: proses untuk menyeimbangkan antara permintaan dan persediaan sehingga manajemen puncak dapat melakukan kontrol thd operasional bisnis.
- Antarmuka keuangan, kemampuan menerjemahkan rencana operasional (dlm bentuk  piece, gallon, kg, dan satuan lainnya) menjadi satuan biaya (dlm mata uang tertentu)
- Simulasi, kemampuan melakukan analisis what if untuk mendapatkan jawaban yang mungkin diterapkan, baik dlm satuan unit maupun jumlah uang.
*Tahap IV: Enterprise Resource Planning (ERP)
- Dasar-dasar ERP diturunkan dari MRP II, tetapi proses bisnisnya diperluas dan lebih sesuai diterapkan pada kondisi perusahaan yang memiliki beberapa unit bisnis.
- Dengan ERP, sistem integrasi keuangan lebih ditekankan, alat bantu rantai pasok, dukungan atas bisnis melintas batas fungsi organisasi bahkan lintas perusahaan dapat dilakukan dg mudah
- Tujuan utama implementasi ERP: agar perusahaan/organisasi dapat menjalankan bisnis dalam kondisi yang cepat berubah dan sangat kompetitif, jauh lebih baik dari sebelumnya.
*Tahap V. Extended ERP (ERP II)
 - Diluncurkan sekitar tahun 2000
 - Extended ERP: merupakan perluasan dari fungsi-fungsi pada ERP sblmnya.
- Perluasan mencakup fungsi yang dapat menjembatani komunikasi dengan supplier dan konsumennya.
- Sistem ERP sebelumnya berfokus pada: konsumen, proses produksi, transaksi real time, dan manajemen aset perusahaan.
3.      Manfaat ERP (Enterprise Resource Planning)
      Penggunaan ERP dapat memberikan manfaat bagi penggunanya. Berikut ini adalah sebagian kecil manfaat dengan diaplikasikannya ERP bagi perusahaan :
a.    Integrasi data keuangan
      Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik.
b.    Standarisasi Proses Operasi
      Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk.
c.    Standarisasi Data dan Informasi
      Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yg berbeda-beda.
d.    ERP menawarkan sistem teritegrasi di dalam perusahaan,  sehingga proses dan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

e.    ERP memungkinkan melakukan secara global. Halangan yang   tadinya berupa perbedaan valuta mata uang, perbedaan bahasa, dan perbedaan budaya, dapat dijembatani secara otomatis, sehingga data dapat diintegrasikan.